BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup di muka bumi ini selalu
memerlukan energi dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam proses penyediaan
energi baik pada tumbuhan maupun manusia, selalu melalui berbagai rentetan
reaksi kimia. Seluruh proses kimia atau reaksi kimia yang terjadi di dalam sel
yang berupa reaksi penyusunan energi dan reaksi penggunaan energi biasa kita
sebut dengan Metabolisme. Energi yang ada dalam tubuh manusia haruslah seimbang
sesuai yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
Jalur metabolik yang utama untuk
penggunaan glukosa adalah glikolisis dan lintasan pentosa fosfat. Lintasan
pentosa fosfat atau heksosa monofosfat shunt merupakan jalur alternatif untuk
metabolisme glukosa. Lintasan pentosa fosfat lebih kompleks dari pada
glikolisis. Lintasan ini tidak menghasilkan ATP.
Glukosa, fruktosa, dan galaktosa secara
kuantitatif merupakan heksosa terpenting yang diserap dari traktus
gastrointestinal. Ketiga unsur ini berasal dari masing-masing pati, sukrosa,
dan laktosa yang terdapat di dalam makanan. Untuk konversi fruktosa dan
galaktosa menjadi glukosa telah dibentuk lintasan yang khusus terutama di hati.
Pada makalah ini, penulis akan membahas
tentang metabolisme karbohidrat yang lebih menitik beratkan pada jalur pentosa
fosfat dan glikogenesis.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Jalur pentosa fosfat
2.
Proses glikogenesis dan
glikogenolisis.
3.
Energi yang dihasilkan dari
metabolisme karbohidrat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jalur Pentosa Fosfat
Jalur pentosa fosfat merupakan jalur
metabolisme alternatif untuk oksidasi glukosa di mana tidak ada ATP yang
dihasilkan. Produk utamanya adalah NADPH, suatu pereduksi yang diperlukan
dalam beberapa proses anabolisme (untuk biosintesis asam lemak, kolesterol, dan
steroid lain) dan ribosa-5 fosfat yang merupakan komponen struktural
nukleotida dan asam nukleat (Ribosa untuk biosintesis asam nukleat).
Jalur pentosa fosfat merupakan jalur untuk
sintesis tiga fosfat pentosa : ribulosa 5 - fosfat, ribose 5 - fosfat, dan
xylulose 5 - fosfat. Ribosa 5 – fosfat diperlukan untuk sintesis RNA dan DNA.
Jalur pentosa fosfat/heksosa monofosfat menghasilkan NADPH dan ribosa di luar
mitokondria. Kepentingan lain jalur pentosa fosfat berlangsung dalam jaringan
hepar, lemak, korteks adrenal, tiroid, eritrosit, kelenjar mammae. NADPH juga
penting dalam detoksifikasi obat oleh monooksigenase, reduksiglutation.
Lintasan pentosa fosfat merupakan jalur
alternatif untuk metabolisme glukosa. Lintasan ini tidak menghasilkan ATP,
tetapi mempunyai dua fungsi utama, yaitu :
- Produksi NADPH untuk sintesis reduktif seperti biosintesis asam lemak
serta steroid.
- Mencegah stress oksidatif dengan mengubah H2O2 menjadi
H2O dan jika tidak terdapat NADPH, H2O2 akan
di ubah menjadi radikal bebas hidroksin yang akan menyerang sel.
Pada sel darah merah, kegunaan pertama
dari NADPH adalah untuk mereduksi bentuk disulfid dari glutathione menjadi
bentuk sulfhydril, reduksi glutathione ini adalah untuk mempertahankan struktur
normal dari sel darah merah dan untuk menjaga bentuk hemoglobin dalam bentuk Fe2+.
NADPH pada hati dan payudara digunakan untuk biosintesis asam lemak.
Reaksi pentosa fosfat terjadi dalam
sitosol. Enzim pada lintasan pentosa fosfat seperti pada glikolisis ditemukan
di dalam sitosol. Seperti pada glikolisis, oksidasi dicapai lewat reaksi
dehidrogenasi, tetapi dalam hal lintasan pentosa fosfat, sebagai akseptor
hidrogen digunakan NADP+ dan bukan NAD+. Tidak ada
ATP yang digunakan ataupun diproduksi pada jalur ini.
Terdapat 2 fase pada penthosa fosfat :
- Fase oksidatif yang menghasilkan NADPH
Pada fase yang pertama, glukosa
6-phosphate menjalani proses dehidroginase dan dekarboksilase untuk memberikan
sebuah senyawa pentosa, yaitu ribosa 5-phosphate.
- Fase nonoksidatif yang menghasilkan prekursor ribosa
Pada fase yang kedua, ribulosa 5-fosfat
dikonversi kembali menjadi glukosa 6-fosfat oleh serangkaian reaksi yang
terutama melibatkan dua enzim yaitu transketolase dan transaldolase.
Reaksi dehidrogenasi glukosa 6-fosfat
menjadi 6-fosfoglukonat terjadi lewat pembentukan 6-fosfoglukonolakton yang
dikatalisis oleh enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang
bergantung NADP. Hidrolisis 6-fosfoglukonolakton dilaksanakan oleh enzim
glukonolakton hidrolase.
Tahap oksidasi yang kedua dikatalisis oleh
enzim 6-fosfoglukonat dehidrogenase, yang juga memerlukan NADP+ sebagai
akseptor hidrogen. Dekarboksilase kemudian terjadi dengan pembentukan senyawa
ketopentosa , yaitu ribulosa 5-fosfat. Reaksi mungkin berlangsung dalam dua
tahap melalui intermediate 3-keto-6-fosfoglukonat.
Reaktan
|
Produk
|
Enzim
|
Keterangan
|
Glukosa 6-phosphate + NADP+
|
6- phosphoglukono- δ-lakton + NADPH
|
Glukosa 6-phosphate dehydrogenase
|
Dehidrogenase, dimana terjadi pembuangan H+ dan
kemudian direaksikan dengan NADP+ membentuk NADPH
|
6-phosphoglukono - δ-lactone + H2O
|
6 phosphoglukonat+ H+
|
6 phosphoglukolactonase
|
Hidrolisis
|
6-phosphoglukonat + NADP+
|
Ribulosa 5-phosphate + NADPH + CO2
|
6-phosphoglukonat dehidrogenase
|
Dekarboksilase oksidatif. NADP+sebagai
akseptor electron, membentuk molekul NADPH yang lain serta CO2dan
ribulosa 5-phosphate
|
Ribulosa 5 - phosphate
|
Ribulosa 5-phosphate
|
Phosphopentosa isomerase
|
Isomerase
|
Secara singkat, reaksi
pada proses ini adalah :
Glukosa 6-phosphat + 2 NADP+ +H2O → ribulosa 5-phosphate + 2NADPH + 2H+ + CO2
B.
Proses Glikogenesis
dan Glikogenolisis
1.
Proses
Glikogenesis
Glikogenesis merupakan
proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian disimpan dalam hati dan otot.
Pada proses ini, lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi
glikogen akan diaktivasi di dalam hati, olehhormoninsulinsebagairesponterhadaprasioguladarah
yang meningkat, misalnya karena kandungan karbohidrat
setelah makan atau
teraktivasi pada akhir siklus Cori.
Pada hati, glikogenesis
berfungsi untuk mempertahankan kadar gula darahsedangkan padaotot bertujuan
untuk kepentingan otot sendiri dalam membutuhkan energi. Proses Glikogenesis
terjadi apabila jumlah glukosa ( dari makanan ) yang masuk kedalam tubuh terlalu
berlebih maka glukosa tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk
glikogen. Proses terjadinya glikogenesis:
a. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi
glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di
otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh
glukokinase.
b. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa
1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim
itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di
dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa
1,6-bifosfat « Enz-P + Glukosa 1-fosfat
c.
Selanjutnya glukosa
1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat
glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
UTP +
Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi
d. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya
oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan
reaksi
e. Atom C1 pada
glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga
membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer)
harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk
pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n à UDP +
(C6)n+1 Glikogen
Glikogen
Residu glukosa yang
lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk rantai pendek yang
diaktifkan oleh glikogen sintase.Pada otot
rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati
terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
Setelah rantai dari glikogen
primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal
11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai
1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk
membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut.
Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1àglukosil dan
pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non
reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat
sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis. (Murray dkk.
Biokimia Harper).
Tampak bahwa setiap
penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase.Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen
induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang.Enzim yang
berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).
2.
Proses
glikogenelisis
Glikogenolisis merupakan
reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi molekul glukosa. Proses ini terjadi
apabila tubuh membutuhkan glukosa, untuk digunakan lebih lanjut dalam proses
glikolisis. Glikogenolisisjuga dapat berarti lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh, selain
glukoneogenosis untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di
dalam plasma darah untuk menghindari simtomahipoglisemia.
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus
dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan
glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan
tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi
satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk
proses fosforolisis rangkaian 1à4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang
secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa
pada tiap sisi cabang 1à6.
(C6)n +
Pià (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen
Glikogen
Glukan transferase
dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke
cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan
1à6 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang
spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase
selanjutnya dapat berlangsung. (Murray dkk. Biokimia Harper)
Berikut tahap-tahap
glikogenelisis :
a. Tahap pertama penguraian glikogen adalah
pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen,
reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen
fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu
fosfoglukomutase.
b. Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan
glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase,
dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus fosfat
sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP dan
fosfat.
c. Glukosa yang terbentuk inilah nantinya
akan digunakan oleh sel untuk respirasi sehingga menghasilkan energi, yang
energi itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP
C.
Energi yang
Dihasilkan dari Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme merupakan
modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel.
Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul
organik kompleks yang biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan
enzim. Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam sel, tanpa
metabolisme makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.
Pada glikolisis aerob,
energi ysng dihasilkan terinci sebagai berikut:
- Hasil tingkat substrat
: +4P
- Hasil oksidasi
respirasi
: +6P
- Jumlah
: 4P+6P = 10P
- Dikurangi untuk aktivasi glukosa dan fruktosa 6P
: -2
- Hasil
akhir
: 10P-2P = 8P
Pada glikolisis anaerob, energi yang
dihasilkan terinci sebagai berikut:
- Hasil tingkat substrat
: +4P
- Hasil oksidasi
respirasi
: +0P
- Jumlah
: 4P+0P = 4P
- Dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P
: -2P
- Hasil
akhir
: 4P-2P = 2P
Pada siklus asam sitrat,
energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
- Tiga molekul NADH, menghasilkan
: 3 X 3P = 9P
- Satu molekul FADH2,
menghasilkan
: 1 X 2P= 2P
- Pada tingkat
substrat
: 1P
Jumlah
: 12p
Satu siklus krebs
akan menghasilkan energi 3P+3P+1P+2P+3P = 2P
Apabila dihubungkan
jalur glikolisis, oksidasi piruvat, dan siklus krebs akan dapat kita itung
bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan
rincian sebagai berikut:
- Glikolisis
: 8P
- Oksidasi piruvat
(2X3P)
: 6P
- Siklus krebs
(2X12P)
: 24P
Jumlah
: 38P
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metabolisme karbohidrat
adalah proses yang mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme)
molekul organik kompleks. Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa
agar terbentuk asam piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam
siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Glikogenesis adalah lintasan metabolisme yang mengkonversi glukosa menjadi glikogen untuk
disimpan di dalam hati.
B.
Saran
Peranan karbohidrat
dalam tubuh sangat penting terutama untuk kesehatan. Selain itu sebagai
mahasiswa, kita juga harus lebih banyak mengetahui dan mempelajari tentang
berbagai hal yang menyangkut molekul atau senyawa dalam tubuh, seperti
karbohidrat sebab ini akan menjadi acuan kita dalam memberikan pengajaran
kepada peserta didik nantinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell. 2002. Biologi Edisi kelima-jilid 2.Jakarta: Erlangga
Martoharsono, Soeharsono. 1978. Biokimia Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
McKee, Trudy. McKee, James R. 2003. Biochemistry the Molecular Basis of Life Third Edition.
McGraw-Hill, Inc. New York.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell
VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV,
Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC
Poedjiani, Anna. Supriyanti, F. M. Titin.
2006. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim
Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC
Wirahadikusuma, M., 1988.Metabolisme Karbohidrat dan Lemak, ITB,
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar